Pernahkah kau berpikir mengapa aqidah islam yang kau pilih sebagai aqidah yang kau anut? Apa yang terlitas dalam pikiran kita pertama kali? Bersyukur karena kita telah memilih aqidah yang tepat, atau beralasan ya karena saya terlahir dari keluarga muslim, maka secara otomatis saya muslim/islam, atau saya sudah memilih aqidah saya yang tepat yang akan mengantarkan saya ke pintu surga nanti di akhir zaman, atau hanya sebatas keren-kerenan yang penting punya agama, atau hanya sebatas pajangan, atau sebatas identitas diri dalam sebuah kartu identitas yang kita buat? Mana alasan yang menggambarkan kamu sesungguhnya atau ada alasan lain yang menggambarkan kenapa kamu memilih aqidah Islam sebagai aqidahmu.
Kalau kau mau berpikir sedikit saja, sedikit saja dan tenang saja kawan tak akan menghabiskan waktu tidurmu atau waktu bersenang-senangmu cukup beberapa detik saja. Tapi kalau proses berpikirmu benar kau akan menyesal kenapa waktu tidurmu dan waktu bersenang-senangmu lebih banyak ketimbang memikirkan hal ini. Percaya deh!!
Ketika seorang muslim mengambil Islam sebagai aqidahnya, maka seharusnya dia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Dia pun harus memahami bahwa karakter aqidah Islam adalah aqidah ruhiyyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga dia menjadikan aqidah Islamiyah sebagai dasar berpikir dan bertindak. Tidak ada satu pun pemikiran-pemikiran yang dilahirkan kecuali bersandarkan dan berstandarkan pada hukum syara’ yang terpancar dari aqidah Islamiyah tersebut.
Makin bingung apa pura-pura bingung? Atau befikir apa sih itu? Haduh mikirin tugas kuliah, masalah ma temen, bayaran sekolah atau masalah-masalah dunia yang lain aja udah rumit, pusing koq disuruh mikir masalah ini. Apa itu yang sedang kamu pikirkan? Kawan, sungguh meruginya kamu, kita diciptakan Allah bukan untuk tidak berpikir, kita diberi Allah karunia otak. Otak adalah tempat berfikir. Hayoh ubah persepsi kita. Kalau pemikiran kamu udah benar, menyikapi semua masalah-masalah hidup yang sedang atau akan kamu hadapi nanti akan terasa ringan. Seringan langkahmu kalau lagi bahagia. Semua ada solusinya. Percaya deh!!
Kalau kau mau berpikir sedikit saja, sedikit saja dan tenang saja kawan tak akan menghabiskan waktu tidurmu atau waktu bersenang-senangmu cukup beberapa detik saja. Tapi kalau proses berpikirmu benar kau akan menyesal kenapa waktu tidurmu dan waktu bersenang-senangmu lebih banyak ketimbang memikirkan hal ini. Percaya deh!!
Ketika seorang muslim mengambil Islam sebagai aqidahnya, maka seharusnya dia senantiasa menjadikan aqidah Islamiyah sebagai standar kehidupannya. Dia pun harus memahami bahwa karakter aqidah Islam adalah aqidah ruhiyyah dan aqidah siyasiyah. Sehingga dia menjadikan aqidah Islamiyah sebagai dasar berpikir dan bertindak. Tidak ada satu pun pemikiran-pemikiran yang dilahirkan kecuali bersandarkan dan berstandarkan pada hukum syara’ yang terpancar dari aqidah Islamiyah tersebut.
Makin bingung apa pura-pura bingung? Atau befikir apa sih itu? Haduh mikirin tugas kuliah, masalah ma temen, bayaran sekolah atau masalah-masalah dunia yang lain aja udah rumit, pusing koq disuruh mikir masalah ini. Apa itu yang sedang kamu pikirkan? Kawan, sungguh meruginya kamu, kita diciptakan Allah bukan untuk tidak berpikir, kita diberi Allah karunia otak. Otak adalah tempat berfikir. Hayoh ubah persepsi kita. Kalau pemikiran kamu udah benar, menyikapi semua masalah-masalah hidup yang sedang atau akan kamu hadapi nanti akan terasa ringan. Seringan langkahmu kalau lagi bahagia. Semua ada solusinya. Percaya deh!!
Gimana kawan, bisa diterima belum? Kalau iya lanjut ke topik semula ya! Kalau belum, berpikirlah terlebih dahulu. Kalau kita sudah menemukan kesepahaman, ngobrol kita makin mengasyikkan, seru. Kita lanjut yuk!!!
Seorang muslim tidak akan merasakan dirinya hidup kecuali atas dasar aqidah Islamiyyah. Bahkan sukar baginya untuk melepaskan diri dari ikatan aqidah Islamiyyah. Dengan demikian, ketika nilai-nilai asing datang dan berusaha menyusup ke dalam hidupnya maka ia tidak ragu untuk menolaknya bahkan semaksimal mungkin berusaha mengikis “virus” tersebut dari kehidupannya. Tidak pernah terlintas dibenaknya untuk mengambil atau mempraktikan nilai-nilai asing. karena dia menyadari bahwa nilai-nilai asing tersebut adalah racun yang membahayakan bagi diri dan umatnya, jika dia berpegang pada aqidah islam dan menyadari jika dia mengambil apalagi meminum racun tersebut sama saja dengan membunuh dirinya dan umatnya.
Seorang muslim juga tidak mudah terpengaruh oleh bujuk rayu pemikiran-pemikiran asing yang akan menyeretnya ke lembah nista. Dia tidak pernah terpesona dengan bujukan material ataupun apa-apa yang bermanfaat dan menggiurkan dirinya. Walaupun sedikit tidak akan dilakukan. Karena dia sadar bahwa semua itu hanyalah tipu daya yang akan membawa dirinya pada jurang kesengsaraan, kesesatan dan yang terpenting semakin jauh dari Allah SWt. Memperjuangkan aqidah itu tidak semudah membalik telapak tangan, penuh onak dan duri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Baqarah: 256 “ Sesungguhnya telah jelas antara jalan yang benar dan jalan yang salah. karena itu barangsiapa yang ingkar pada thaghut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…”
Dalam keadaan apa pun seorang muslim selalu menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya dan tetap pada pendirian dengan mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun dia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh harta benda atau manfaat akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan disisi Al Khaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan aqidah Islamiyyah sebagai standar baku dalam hidupnya.
Dalam keadaan apa pun seorang muslim selalu menjadikan aqidah Islam sebagai pegangan hidupnya dan tetap pada pendirian dengan mengambil hanya satu standar nilai dalam hidupnya. Sekalipun dia harus mengorbankan harta, jiwa dan raganya ia akan tetap memilih jalan hidup yang hakiki. Baginya hidup yang hakiki bukan untuk memperoleh harta benda atau manfaat akan tetapi hidup yang hakiki adalah meraih kemuliaan disisi Al Khaliqnya. Ia pun sadar bahwa satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan hanyalah dengan menjadikan aqidah Islamiyyah sebagai standar baku dalam hidupnya.
Pada saat seorang muslim menjadikan aqidah Islam sebagai sandaran berpikir dan bertindak itulah berarti dia telah menemukan jatidirinya, sebagai sosok pribadi muslim. Yakni sosok kepribadian khas yang murni dan istimewa tidak bercampur dengan nilai-nilai yang bisa merusak aqidahnya. Begitulah seharusnya muslim. Senantiasa memegang Idealisme Islam. Optimis pada Idealisme Islam mampu memecahkan seluruh masalah kehidupan manusia.
Islam bukan sekedar agama, atau hanya pemenuhan kebutuhan ibadah ruhiyyah saja. Islam adalah ideologi/pemikiran. Jika Islam merupakan sebuah ideologi maka semua standar hidup baik semua sistem dan apa-apa yang menyangkut hidup kita semua harus diatur dan berlandaskan Islam. So masih mau bingung-bingung mencari alasan kenapa islam layak kita jadikan standar hidup kita? Kawan, janganlah kita mengimani sebagian tetapi meninggalkan sebagiannya. Seperti dalam firman Allah SWT dalam Qur’an surat An-nisa 150 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)”. Semoga kita bukan termasuk dalam golongan itu kawan, naudzubillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari Berkomentar. :))